Sabtu, 10 Mei 2014

Benteng Yang Ada Di Kota Ternate

Benda Cagar Budaya (BCB) sebagai tinggalan sejarah adalah merupakan salah satu sumber potensial dalam pengenalan budaya khususnya budaya suatu daerah tertentu. Selain itu BCB juga merupakan warisan budaya yang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat awam.Harus diakui bahwa kesadaran akan kepentingan sejarah di masyarakat Indonesia baru berkembang pada beberapa dekade terakhir ini. Pengetahuan sejarah sangat berperan dalam pengembangan kepribadian bangsa. Namun demikian bukan berarti dengan mengetahui nilai-nilai lalu kita harus mengembalikan cara hidup yang lama ke masa kini.

Kota Ternate merupakan kota kepulauan yang memiliki luas wilayah 547,736 km², dengan 8 pulauPulau TernatePulau Hiri,Pulau MotiPulau Mayau, dan Pulau Tifure merupakan lima pulau yang berpenduduk, sedangkan terdapat tiga pulau lain seperti Pulau MakaPulau Mano dan Pulau Gurida merupakan pulau berukuran kecil yang tidak berpenghuni.Sumber


Ada enam benteng yang ada di Kota Ternate, antara lain : Benteng Tolukko, Benteng Oranje, Benteng Kalamata, Benteng Kotanaka, Benteng Santo Pedro Y Pablo (Fort Kota Janji), dan Benteng Nustra Se Nohra Del Rosario (Kastela).
  • Benteng Tolukko
Berada di sisi timur Pulau Ternate, Maluku Utara, Benteng Tolukko berdiri kokoh.  Benteng ini semula dibangun oleh Francisco Serao (Portugis) pada tahun 1540, kemudian direnovasi oleh Pieter Both (Belanda) pada tahun 1610.

Benteng ini sering disebut benteng Holandia atau Santo Lucas, terletak di bagian utara pusat kota Ternate, dengan arah hadap 800 LU. Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1661 mengizinkan Sultan Madarsyah untuk menempati benteng ini dengan kekuatan pasukan sebanyak 160 orang.Sumber.



  • Benteng Kalamata (Santa Lucia).
Sejarahnya, Benteng Kalamata atau yang sering disebut juga Benteng Santa Lucia ini dibangun oleh Bangsa Portugis pada tahun 1540. Pada tahun 1609, salah satu Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Pieter Both, memugarnya. 

Benteng Kalamata pernah juga diduduki oleh Bangsa Spanyol setelah dikosongkan oleh Geen Huigen Schapen pada tahun 1625. Tahun 1779, benteng ini kembali dipugar oleh Mayor Von Lutnow. Sekarang yang  kita lihat dari benteng ini adalah bentuk arsitektur modern hasil pemugaran yang sudah tidak lagi menampakan keasliannya. Nama Kalamata sendiri konon berasal dari nama salah seorang Pangeran Ternate yang meninggal dunia di Makassar pada tahun 1779.Sumber




  • Benteng Oranje

Benteng ini merupakan benteng peninggalan Bangsa Belanda Pertama yang didirikan pada tanggal 26 Mei 1607 oleh Cornelis Matclief de Jonge yang diberi  nama Benteng Oranye oleh Francois Witlentt pada tahun 1609 pada masa Pemerintahan Sultan Mudafar. Benteng Oranye ini semula berasal dari bekas sebuah benteng tua yang dibangun oleh Bangsa Portugis dan dihuni oleh orang Melayu sehingga diberi nama Benteng Melayu. 

Di dalam benteng ini pernah menjadi pusat pemerintahan tertinggi Hindia Belanda (Gubernur Jenderal) yaitu Pieter Both, Herald Reynst, Laurenz Reaal, dan Jan P. Coen. Di benteng ini pernah pula dijadikan sebagai markas besar VOC di Hindia Belanda hingga Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen memindahkan markas besarnya ke Batavia pada tahun 1619. 

Benteng ini mampu menunjukkan kemampuan manfaaat daya pertahanannya terhadap serangan Spanyol, ketika Spanyol menyeberang secara diam-diam pada malam hari dari benteng Gammalamma (Kastela) melalui lorong yang sukar dengan 250 orang tiba di benteng Oranje waktu subuh, dapat dipukul mundur oleh Belanda dalam pertempuran seru satu lawan satu. Belanda dengan empat puluh orang prajuritnya yang dibantu oleh sekitar seratus orang Ternate mampu mempertahankan benteng. Perang di benteng Oranje tahun 1606 ternyata merupakan pertempuran serius antara Belanda dan Spanyol di daerah itu. Lokasi benteng tersebut cukup strategis karena terletak dipusat Kota Ternate tepatnya di Kelurahan Gamalama.Sumber.



Benteng Oranje Tempo Dulu



  • Benteng Santo Pedro (Kota Janji)
Fort Santo Pedro E’ Paulo yang lebih dikenal dengan nama Benteng Kota Janji dibangun pertama kali pada tahun 1532 oleh Portugis dengan panjang 28 m dan lebar 26 m. Disebut Benteng Kota Janji karena pernah digunakan oleh Portugis dan Sultan Baabullah untuk membuat perjanjian di antara keduanya. Benteng ini diperkuat dengan dinding batu kapur dan batu, serta dilengkapi dengan enam meriam dan amunisi untuk menghadapi kemungkinan terjadinya peperangan waktu itu.




  • Benteng Kastela (Fort Nustra Se Nohra Del Rosario)
Benteng Gam Lamo yang berada di kawasan Kastela yang bernama asli Nostra Senora Del Rosario ini  dibangun oleh Antonio de Brito pada tahun 1521 dengan nama Nostra Senora del Rosario, kemudian dilanjutkan oleh Garcia Henriques pada tahun 1525 dan pada tahun 1530 oleh Gonzalo Periera serta yang terakhir diselesaikan oleh Wali Negeri kedelapan Jorge de Gastro pada tahun 1540.

Nama Nostra Senora Del Rosario diberikan karena konon di benteng ini bermukim seorang gadis cantik yang senang mengenakan kalung dari bunga. Sementara oleh masyarakat sekitar diberi nama Gam Lamo karena sesuai dengan namanya, yang berarti kampung besar. Ini lantaran luas kawasan benteng tersebut mencapai ratusan hektar dan menjadi pusat aktivitas puluhan warga Portugis dalam benteng itu.

Di benteng inilah, Kolano Ternate saat itu, Sultan Khairun dibunuh oleh Antonio Pimental pada 28 Februari 1570. Dia diundang untuk menghadiri perundingan, namun justru dibunuh saat sang Sultan mendatangi benteng ini.

Atas peristiwa tersebut putra Sultan Khairun, Baabullah (1570-1583) bangkit melawan Portugis dan akhirnya Portugis terusir dari benteng Kastela dan Ternate pada tahun 1575.

Saat terjadi pengepungan dan penyerangan benteng ini dan kota oleh orang Spanyol setelah tanggal 1 April 1606, maka Spanyol cepat menguasai beberapa posisi yang dipertahankan dan mengambil lima puluh tiga meriam tembaga besar yang ada di dalam benteng. Dalam penyerbuan di kota ini mereka menemukan barang rampasan berharga lainnya. Di dalam balai dagang Belanda mereka mendapatkan satu gudang dengan dua ribu ducat, peti penuh dengan barang dagangan dan cengkeh dalam jumlah banyak. Bagi mereka pertempuran sehari itu mengakibatkan lima belas orang meninggal dan dua puluh orang luka-luka. Sedangkan orang Ternate kehilangan prajurit paling sedikit dua kali lebih banyak serta miliknya yang berharga.

Orang Spanyol mencantumkan sebagai persyaratan pertama untuk perdamaian bahwa Sultan harus menyerahkan diri dan mengakui kedaulatan Spanyol kemudian mereka (Spanyol) akan menjamin keamanan pribadinya. Sultan Said setuju untuk kembali (ke Ternate ?). Spanyol memakai kedatangannya kembali untuk mengadakan beberapa upacara pemerintahan yang menunjukkan hormat kerajaan kepadanya. Sumber.

Kini, sisa-sisa peninggalan tersebut masih bisa dilihat meski tinggal puing-puing. Lokasinya bisa ditemui tepat di pintu masuk kelurahan Kastela, kecamatan Pulau Ternate. Kini benteng ini lebih dikenal dengan nama benteng Kastela













Tidak ada komentar:

Posting Komentar